Sunday 29 November 2009

apatis....

Ketika hati dan pikiran belum dapat berkata ‘iya’, amarah yang terus menyelimutinya

Tak mampu berkata jujur bahwa ku masih menyimpan kepahitan hati itu

Begitu marah hingga bertindak begitu apatis di luar kebiasaan pribadiku

Atau justru inilah diriku yang sebenarnya yang telah terkuak dan terbangun dari alam bawah sadarnya

Aku yang ada saat ini, adalah aku yang apatis yang tidak peduli dengan perbedaan persepsi manusia lain

Dulu aku begitu memuja kebersamaan dan toleransi tingkat tinggi

Memaknai bahwa setiap manusia memiliki hak pribadi untuk memilih pilihan hidupnya walau bertentangan dengan perspektif pribadiku

Tetapi aku yang ada saat ini, adalah aku yang apatis, yang sangat-sangat muak dengan segala perbedaan perspektif yang ada

Aku yang ada saat ini, tidak hanya apatis tetapi juga begitu konvensional

Tak mampu menerima pandangan baru di luar ketetapan pandanganku

Tak tahu hingga kapan aku menjadi manusia yang apatis, konvensional, dan aku pun tak tahu apakah keapatisan ini adalah tindakan yang tepat untuk menjaga ego ini.

Sebab aku hanya ingin apatis, sementara atau selamanya, entahlah…..

Monday 5 October 2009

Tempat Berpijak

Bahwa aku sampai pada tempat ku berpijak ini tentu ada makna dibaliknya

Aku tak tahu mengapa Ia mengizinkan aku tuk meninggalkan jejak-jejak langkahku di sini

Adakah penyesalan itu bermunculan ketika rasa takut datang dan bergelayut saat ku tahu Ia memutuskan ku berada di sini

Masih teringat dalam benakku, ada rasa takut dan khawatir yang sangat, ketika ku tahu bahwa aku telah diberkati untuk mengukir dalam sejarah kehidupanku, ku harus berada di sini

Mampukah ku melewati ini?apa yang terjadi di masa depan?dapatkah ku lalui segala yang akan terjadi?

Demikian rupa-rupa pertanyaan yang berlalu lalang di benak ini

Dan ternyata Ia, hingga kini tak pernah sedetikpun meninggalkanku walau aku yang terkadang menjauh dari-Nya

Beberapa waktu telah berlalu demikian cepat hingga tanpa ku sadari, ku hampir tiba pada titik tuk memulai tahapan kehidupan yang lebih dewasa, jika Ia masih mengizinkan aku untuk berada dalam naungan dunia ini.

Tidak sampai semusim, mungkin beberapa saat yang masih mampu terhitung oleh jemari ini

Sekali lagi jika segala yang ku rencanakan terizinkan oleh-Nya

Apa yang kan terjadi di saat itu kan tiba, ku tak tahu

Seandainya berkata jujur, khawatir yang melanda diriku kini

Khawatir dan rasa ingin tahu yang lebih terhadap apa yang terjadi padaku di masa depan

Ku hanya mampu menyerahkan segalanya kepada-Nya

Segala yang terbaik bagi-Nya untukku

Sebab ku tahu, segala yang terbaik bagi-Nya adalah baik untukku

Hanya mampu berucap segala kasih hormat tuk Dia yang telah mengizinkanku untuk merasakan, menjejakkan tiap langkahku di tempat yang telah Ia berkati untuk segala yang telah tercipta oleh karena-Nya.

Tempat Berpijak

Bahwa aku sampai pada tempat ku berpijak ini tentu ada makna dibaliknya

Aku tak tahu mengapa Ia mengizinkan aku tuk meninggalkan jejak-jejak langkahku di sini

Adakah penyesalan itu bermunculan ketika rasa takut datang dan bergelayut saat ku tahu Ia memutuskan ku berada di sini

Masih teringat dalam benakku, ada rasa takut dan khawatir yang sangat, ketika ku tahu bahwa aku telah diberkati untuk mengukir dalam sejarah kehidupanku, ku harus berada di sini

Mampukah ku melewati ini?apa yang terjadi di masa depan?dapatkah ku lalui segala yang akan terjadi?

Demikian rupa-rupa pertanyaan yang berlalu lalang di benak ini

Dan ternyata Ia, hingga kini tak pernah sedetikpun meninggalkanku walau aku yang terkadang menjauh dari-Nya

Beberapa waktu telah berlalu demikian cepat hingga tanpa ku sadari, ku hampir tiba pada titik tuk memulai tahapan kehidupan yang lebih dewasa, jika Ia masih mengizinkan aku untuk berada dalam naungan dunia ini.

Tidak sampai semusim, mungkin beberapa saat yang masih mampu terhitung oleh jemari ini

Sekali lagi jika segala yang ku rencanakan terizinkan oleh-Nya

Apa yang kan terjadi di saat itu kan tiba, ku tak tahu

Seandainya berkata jujur, khawatir yang melanda diriku kini

Khawatir dan rasa ingin tahu yang lebih terhadap apa yang terjadi padaku di masa depan

Ku hanya mampu menyerahkan segalanya kepada-Nya

Segala yang terbaik bagi-Nya untukku

Sebab ku tahu, segala yang terbaik bagi-Nya adalah baik untukku

Hanya mampu berucap segala kasih hormat tuk Dia yang telah mengizinkanku untuk merasakan, menjejakkan tiap langkahku di tempat yang telah Ia berkati untuk segala yang telah tercipta oleh karena-Nya.

Sunday 6 September 2009

Mungkin

Mungkin itulah saat terakhir ku berada di sampingnya
Mungkin itulah saat terakhir ku berada bersamanya
Mungkin itulah saat terakhir ke berada di rumah penuh keneningan itu bersamanya
Sedih terus menghampiriku tiap ku datang
Tak ada lagi waktu untuk datang dengan satu hati
Tak ada lagi saat untuk menghampiri-Nya dalam satu waktu

Thursday 3 September 2009

Menanti.....

Bahkan ku tak tahu dibalik Rencana Yang Ia berikan kepada kami

Tak tahu apa yang akan terjadi esok, seminggu, sebulan, semusim dari saat ini

Adakah senyuman?

Ataukah airmata yang tertitih dalam setiap langkah kami dalam berpijak.

Tak ingin ku bayangkan waktu yang telah ditetapkan-Nya itu ‘kan terjadi.

Bukan kebahagian, tetapi ketakutan yang menaungi seluruh jiwaku ini.

Tak tahu kepada siapa ku harus berpihak?

Ada amanah dari jiwa lain untuk menjaga keutuhan ini…

Namun ku tak tahu apakah ku mampu merangkul itu.

Sebab ada amarah yang terkurung dalam hati ini.

Bahkan ku tak tahu bagaimana jiwaku ini dapat memahami yang telah terjadi.

Segala yang terjadi, tentu memiliki makna

Namun masih saja, jiwa ini sedih, jiwa ini takut, jiwa ini gundah menanti waktu yang telah ditetapkan-Nya.

Wednesday 2 September 2009

Haruskah?

Haruskah....?

Haruskah ku mengerti walau ku tak mengerti?
Haruskah ku menerima walau tak mudah ‘tuk kuterima?
Haruskah ku melepaskan walau ku tak mampu ‘tuk melepaskan?
Dan…
Sampai kapankah ku bisa mengerti ini dengan keutuhan akal budi?
Sampai kapankah ku bisa menerima ini dengan keutuhan hati dan jiwa?
Sampai kapankah ku bisa melepaskan ini dengan keutuhan hati, jiwa, dan akal budi?

Tuesday 18 August 2009

Apa yang aku takutkan, terjadi..... :(

Apa yang aku takutkan, terjadi…..

bahkan untuk menulis di sini pun aku takut, aku takut menerima kenyataan ini....

Sejak beberapa tahun lalu, ada rasa takut dalam diriku. Aku takut apa yang tidak aku inginkan akan terjadi, dan ternyata terjawablah sudah… Dia yang adalah salah satu orang yang paling dekat denganku telah membuat sebuah pilihan besar dalam hidupnya dan pilihannya itu adalah sesuatu yang paling aku takutkan. Aku takut karena pilihannya berbeda dengan perspektifku. Dan aku pernah merasakan perbedaan pilihan hidup ini beberapa tahun lalu sebelum ini terjadi. Bahkan Sang Empunya Hidup, seperti telah memberikan firasat kepadaku beberapa saat yang lalu. IA pernah memperingatkanku dengan cara yang IA pakai melalui mimpi bahwa salah satu orang yang dekat denganku akan membuat sebuah pilihan hidup yang berbeda denganku. Dan aku ketakutan ketika itu, aku sedih ketika itu, dan serasa ada yang hilang dalam diriku ketika itu, ketika IA memberikan firasat kepadaku. Dan aku selalu merangkaikan kata-kata kepada-NYA seraya memohon dan mungkin memaksa kepada-NYA untuk menghapus ketakutanku ini dalam kehidupan yang nyata. ternyata aku baru tersadar dan teringat saat ini bahwa peringatan yang IA berikan kepadaku adalah bentuk symbol persiapan kepadaku untuk menerima kabar yang tidak aku inginkan ini langsung dari bibir-mulut seorang yang terdekat denganku. Waktulah yang telah menjawab pertanyaan dari ketakutanku selama ini dan kembali sekarang yang aku butuhkan adalah waktu. Waktu dari-NYA untuk bisa menerima secara utuh pilihan yang telah dibuatnya.